Penulis: Hamdani, S.Pd. |
MUSEUM ISLAM SAMUDRA PASAI
Foto: Museum Islam Samudra Pasai Aceh Utara Fotografer: Hamdani Mulya |
“Kerajaan Samudra Pasai adalah Kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Sejak berdirinya pada tahun 1297 M, di bawah kepemimpinan Sultan Malikussaleh,
kerajaan ini pernah berperan sebagai pusat kegiatan Politik, Ekonomi,
Perdagangan dan Penyiaran Agama Islam ke Nusantara bahkan Asia Tenggara. Pada
zaman Kerajaan Samudra Pasai dikenal Direuham (Dirham) yang merupakan mata uang
terbuat dari emas. Dalam catatan sejarah beberapa tokoh petualang dunia seperti
Ibnu Batutah, Marcopolo, dan Laksamana Ceng Ho pernah berkunjung ke Samudra.
Bukti-bukti arkeologi berupa Makam Kesultanan Kerajaan Samudra Pasai banyak
ditemukan di sini, diantaranya Makam Sultan Malikussaleh, Sultan Malikuldhahir,
dan Sultan Nahrisyah.” Itulah isi sebuah deskripsi yang tertulis pada monumen
yang terdapat di sebelah utara Museum Islam Samudra Pasai sebagai bukti
kegemilangan Kerajaan Islam Samudra Pasai.
Foto: Deskripsi Kerajaan Samudra Pasai |
Samudra
Pasai merupakan Pusat Peradaban Islam Asia Tenggara. Masuknya Islam pertama
kali ke nusantara adalah ke Kerajaan Samudra Pasai, Aceh. Dalam sejarah
peradaban dunia terukir dengan tinta emas bahwa Kerajaan Samudra Pasai
merupakan kerajaan yang gemilang dengan denyut syiar Islam. Kerajaan Islam
Samudra Pasai juga kerajaan yang gemilang dengan kemasyhuran kekayaan alam. Hal tersebut diakui oleh Ibnu Batutah seorang
penjelajah asal Maroko dalam catatan perjalanan lawatannya ke Samudra Pasai.
Demikian pun penjelajah dari dunia barat Marcopolo sangat berkesan dengan
lawatannya ke Samudra Pasai bahwa ia melihat masyarakat Samudra Pasai yang
ramah tamah. Sudah sepatutnya Samudra Pasai dijuluki dan dinobatkan sebagai
Pusat Islam Pertama Asia Tenggara, karena di sini Islam lebih dulu masuk dan
berkembang pesat.
Foto: Monumen Samudra Pasai |
Untuk mengenang kembali kegemilangan Kerajaan Samudra Pasai
pemerintah Kabupaten Aceh Utara membangun sebuah museum yang diberi nama Museum Islam Samudra Pasai.
Museum yang dibangun oleh pemerintah tersebut
berlokasi di Desa Beuringen, Kecamatan Samudra, Kabupaten Aceh Utara patut
diapresiasikan. Sebagai upaya pelestarian Sejarah Kebudayaan Islam. Museum ini
dibangun di areal pusat jejak Kerajaan Islam Samudra Pasai, kerajaan yang
pernah berjaya dengan kegemilangan Islam dan kemasyhuran ilmuan muslim. Di
kerajaan Samudra Pasai denyut syiar Islam berkembang pesat banyak melahirkan
ulama besar, cendekiawan, sastrawan, ilmuan muslim pun bertabur laksana mutiara
di istana raja. Harapannya dengan didirikan museum ini agar dapat mengoleksi
kitab-kitab karya ulama, buku sastra seperti hikayat, buku sejarah, benda-benda bersejarah, bukti-bukti arkeologi, dan manuskrip
yang berkaitan dengan Kerajaan Samudra Pasai. Ini adalah salah satu upaya
mengulang kembali kegemilangan Aceh dengan literatur keilmuan. Di jejak
kerajaan ini juga telah dibangun Monumen Samudra Pasai yang lokasinya tidak
jauh dari museum. Tentunya langkah bijaksana itu harus disambut dengan gembira
oleh masyarakat Aceh dan Nusantara. (Penulis Hamdani, S.Pd. Guru MAN Lhokseumawe
dan Pengamat Sejarah Aceh).
Foto: Pengunjung Museum Islam Samudra Pasai |