Minggu, 26 Juni 2016

Qasidah Aceh Syiar dalam Syair

 Qasidah Aceh Syiar dalam Syair yang Harus Dilestarikan 
Foto Buku Qasidah Aceh

Ketika saya menulis buku Bahasa Nenek Moyang (Indatu) Orang Aceh tahun 2015 lalu. Saya mencari referensi buku Qasidah Aceh di sebagian besar toko yang ada di Aceh Utara dan Lhokseumawe tidak saya dapatkan, buku kecil tersebut tidak ada cetakan ulang. Lalu saya keliling pasar-pasar kecamatan mencari di tempat penjualan kitab, juga tidak ada. Ternyata buku Qasidah Aceh sekarang sudah menjadi manuskrip dan bahan langka. Setelah keliling beberapa kampung beberapa hari, baru saya dapatkan pada salah seorang ibu rumah tangga yang sudah lama disimpan, sampulnya sudah tidak ada. Kertasnya lapuk dimakan usia. Lalu saya foto kopi dan diberikan sampul kertas jeruk. Tanggal 15 Mai 2016 lalu datanglah Bapak Hermansyah, MA.Hum filolog Aceh ketika meneliti hikayat Aceh, lalu qasidah Aceh foto kopi karya almarhum Tgk. M. Thaib Abubakar Geudong Pase, Aceh Utara, saya berikan sebagai cenderamata kepada Bapak Hermansyah sebelum beberapa hari beliau terbang ke Jerman melanjutkan studi program Doktor.Ternyata bagi Bapak Hermansyah yang dosen UIN Ar-Raniry itu, buku penulis Aceh sangat dihargai. Ada beberapa buku lain yang saya hadiahkan untuk Bapak Hermansyah yaitu Bahasa Nenek Moyang (Indatu) Orang Aceh, dan terjemahan Dalail Khairat dan Qasidah Alburdah.
Foto Buku Syair Aceh, Ceuremeun

Satu lagi buku syair Aceh Ceureumen yang berisi pendidikan kesehatan karya Marzuki Sabon karyawan dinas kesehatan Aceh ditulis tahun 1992. Berisi syair penyuluhan kesehatan saya peroleh dari salah seorang masyarakat juga. Di toko buku sudah langka. (Hamdani, S.Pd. Penulis adalah pengamat Sastra Aceh dan Guru MAN Lhokseumawe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.