Minggu, 14 Agustus 2016

Puisi Indonesia Karya Ali Hasjmy

Puisi Ali Hasjmy

 Menyesal
Karya Ali Hasjmy

Pagiku hilang sudah melayang,
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta

Ah, apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju arah padang bakti

Prof. Ali Hasjmy

Biografi Ali Hasjmy
Profesor Ali Hasjmy (dibaca Ali Hasyimi) adalah seorang ulama yang sastrawan. Ali Hasjmy adalah penulis produktif, bapak bahasa dan sastra Asia Tenggara. Ali Hasjmy adalah putra terbaik bangsa Indonesia pada masa hidupnya. Sampai kini karyanya masih dibaca dan menjadi rujukan pembelajaran di sekolah-sekolah. Bukunya yang terkenal antara lain Semangat Merdeka terbitan Bulan Bintang, Jakarta.



Puisi

Ramadhan
Karya Hamdani Mulya

Serupa kapal
Ramadhan datang setahun sekali
Siapa yang naik, maka akan membawanya
Ke dermaga takwa

Penumpangnya adalah
hamba-hamba-Nya yang shaleh
Tiketnya menahan hawa nafsu dan amarah
Siapa saja yang tidak menumpang
Kapal Ramadhan akan pergi
Maka rugilah hamba ini
yang tidak mau menumpangnya
Karena kapal ini hanya berlayar setahun sekali

Jika tidak dirimu naik ke kapal ini
Maka dirimu akan berenang ke muara tepian dosa
Dirimu akan terhanyut dibawa gelombang sengsara
Jika tak sanggup berenang, karena dirimu tak latihan
Maka tenggelamlah dirimu ke jurang neraka

Ayo naiklah kapal Ramadhan untuk berlabuh
ke dermaga ampunan Allah Yang Maha Penyayang
lalu ditempatkan di taman Surga

Aceh Utara, 26 Juli 2016


Ibuku yang Anggun Cut Nyak Dhien        
Karya Hamdani Mulya

Rinduku pada ibu
Laksana gerahku mata air
Mengumbar selaksa cinta
Yang aku tanam lewat
Curahan kasihmu di igauwanku
Betapa aku telah jadi
bara kagum padamu ibu
Dalam detak jantung adalah
doa untukmu
Biarkan cinta yang anggun
berpayung sutra
dan cinta pun berlabuh
di tanah airku

Dengan Rahmat Allah 
Tanah airku merdeka

Aku anakmu yang selalu bersenandung
Merdeka di setiap jengkal tanahmu
Ibuku yang anggun “Cut Nyak Dhien”
Aku merindukanmu di hamparan
Ali Hasyimi, Telah berbuah budi
cinta yang engkau taburi
Di negeri ini cinta telah berbuah budi
Api terpadam air
Di sini aku rindu ibuku “Cut Nyak Dhien”

Aceh Utara,  26 Juni 2016


Wanita Bermata Rencong
Karya Hamdani Mulya

Wanita bermata rencong
Laksamana Malahayati
Adalah perempuan perkasa
Dari negeri Blang Padang
Berselempang pedang
Bersemangat baja

Wanita bermata rencong
Laksamana Malahayati
Adalah perempuan gagah
Dari Serambi Mekkah
Berpeluh memeluk senjata

Belanda kalang kabut
Penjajah lari takut

Laksamana Malahayati
Indonesia ini negerimu
Kini bersulam bahagia
Merah putih berkibar-kibar
Indah warnanya

Sumbok Rayeuk, Aceh Utara, 26 Juni 2016

Hamdani Mulya
Biografi Hamdani Mulya
Hamdani, S.Pd. dengan nama pena Hamdani Mulya. Lahir di desa Paya Bili, Kec. Meurah Mulia, Kab. Aceh Utara pada 10 Mai 1979 dari pasangan Tgk. Ibrahim Pmtoh dan Ummi Manauwiah. Alumni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Menulis puisi dan artikel pendidikan di beberapa majalah dan surat kabar. Karya Hamdani Mulya dipublikasikan di harian Serambi Indonesia, Kutaradja, Waspada, Haba Rakyat, Majalah Fakta, Santunan Jadid, Warta Unsyiah, Seumangat BRR, Meutuwah Diklat, Khazanah, Jurnal Al-Huda, dan di beberapa website (blog) internet seperti: http://hamdanimulya.blogspot.com.
Puisinya juga terkumpul bersama penyair Aceh lainnya dalam antologi puisi Dalam Beku Waktu tahun 2002. Puisi Hamdani Mulya yang berjudul “Rindu dalam Damai di Bawah Payung Cinta” menjadi puisi favorit bagi juri dalam acara lomba menulis puisi “Damai dalam Sastra” yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Unsyiah dan menjadi puisi kategori puisi terbaik juara I tahun 2003.
Pada tahun 2008 Pak Hamdani, panggilan akrab penulis kota Belahan Sungai Lhokseumawe ini menjadi wartawan tetap surat kabar mingguan Haba Rakyat. Sejak tahun 2006 sampai sekarang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bertugas sebagai guru Bahasa Indonesia di MAN kota Lhokseumawe. Kadang-kadang mengasuh mata kuliah yang sama di STAIN Malikussaleh berstatus sebagai dosen luar biasa dari tahun 2005 sampai tahun 2011.
Buah pikirannya tentang sastra, bahasa, dan pendidikan juga menjadi bahan rujukan skripsi mahasiswa STAIN. Pada tahun 2005 Hamdani Mulya diundang oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas. Untuk ikut serta dalam seminar nasional guru seluruh Indonesia di Bogor. Karena cerpennya yang berjudul “Nahkoda Pelabuhan Air Mata” masuk dalam finalis lomba mengarang cerpen tingkat nasional. Di ajang inilah ia berguru dan belajar menulis puisi beberapa saat kepada sastrawan nasional terkemuka Taufiq Ismail dan Sutardji Calzoum Bachri.
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) lain yang pernah diikutinya yaitu: Diklat Penyiaran Radio Baiturrahman FM di Banda Aceh tahun 2002, Diklat Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia di Medan tahun 2006, Diklat Pra Jabatan PNS di Sigli tahun 2006, dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di Lhokseumawe tahun 2007.
Hamdani juga telah membacakan beberapa puisi yang ditulisnya di beberapa kota seperti Lhokseumawe, Sigli, Banda Aceh, dan Medan. Kumpulan puisinya yang berjudul “Mengeja Alamat” dibacakan di radio Multi Suara FM Lhokseumawe dan puisinya “Syair Orang Sehat” dibacakan di Radio Republik Indonesia Lhokseumawe. Di samping menjadi guru dan dosen kadang-kadang juga menjadi juri lomba menulis puisi dan cerpen tingkat siswa di Lhokseumawe. Hamdani adalah penulis buku Cerdas  Berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Unimal Press Lhokseumawe tahun 2011.



Puisi

 Rawatlah Hutan Kita
Karya Keisha Elsria Mulya

Hutan adalah paru-paru dunia
Rawatlah hutan kita, Ayo kita jaga bersama
Hutan adalah warisan bagi anak cucu kita
Di negeri merah putih tercinta

Janganlah pohon kau tumbangkan
Lalu kebakaran merusak hutan kita
Asap membumbung, polusi meraung
Luka menganga, rusak paru-paru manusia


Semai Benih Pohon
Karya Keisha Elsria Mulya

Mari kita semai benih pohon itu
Pohon yang kita rindu 
mekar di taman bangsa
Mari kita tanam pohon lagi
Pohon jati dan cemara
Juga bunga mekar seperti melati
Juga bunga bangsa

Aceh Utara, 25 Juni 2016

Keisha Elsria Mulya

Biografi Keisha Elsria Mulya
Keisha Elsria Mulya lahir pada tanggal 18 Oktober 2008 di Aceh Utara. Siswa kelas III MIN Sumbok, Kec. Nibong, Aceh Utara ini gemar ikut lomba mewarnai dan pernah meraih juara 1 lomba membaca doa sehari-hari pada kegiatan Ramadhan pada  tahun 2016. Di kelas sering mendapat peringkat 1 dan 5 besar. Keisha panggilan akrab siswa ini suka belajar menulis puisi bersama ayahnya Hamdani Mulya dan gemar menghafal dan membaca.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.